Thursday, November 30, 2006

Jangan Anggap Enteng Kartu Nama

''Terpesona pada pandangan pertama'' adalah sebuah impresi (kesan) yang kita tawarkan pada calon pelanggan kita. Ada banyak cara melakukannya. Coba Anda pikirkan, apa yang membuat Anda pertama kali tertarik dengan sebuah buku, misalnya. Boleh jadi, judulnya menarik, sampulnya, jenis huruf dan besarnya, tata letaknya, kerapihannya, jenis kertasnya, atau harganya.

Ini bisa menjadi cerminan untuk usaha Anda. Jangan anggap remeh sebuah kartu nama. Sebuah kartu nama yang dicetak dengan baik, didesain dengan indah dengan logo perusahaan yang bagus dan kertas yang terpilih bisa juga menimbulkan kesan yang mendalam bagi yang menerimanya.

Untuk usaha Anda tentu tidak hanya kartu nama dan peralatan surat-menyurat lain yang harus dicetak bagus. Bagaimana Anda bisa meyakinkan pelanggan bahwa percetakan Anda menghasilkan produk yang bagus dan bermutu sedangkan kartu nama atau kop surat Anda tidak mencerminkan hal itu? Sertakan pula contoh-contoh hasil cetak Anda pada setiap Anda bertemu dengan calon pelanggan Anda sehingga mereka bisa menilai hasil kerja Anda. Sebuah kartu nama, company profile (profil perusahaan), proposal, dan contoh-contoh karya Anda yang ditampilkan dengan baik, tentu bisa menciptakan apa yang Anda sebut sebagai ''terpesona pada pandangan pertama.'' (Sumber : Republika)

Humor Kartu Nama

Praktek Jurus Merayu Cewek Dari Email. Si Asep sedang membaca emailnya, dan ada artikel menarik tentang cara berkenalan dengan (baca: merayu) cewek. Salah satunya adalah dengan memulai perbincangan seperti berikut :

Cowok : "Maaf, mbak. Mbak punya obeng, ngga?"
Cewek : "Ha? Nggak.."
Cowok : "Kalo nomer hp punya kan?".....

Akhirnya, Asep Surasep ingin mencoba "rayuan maut" tersebut. Beginilah, kisahnya.....

Asep : "Maaf, mbak. Mbak punya obeng nggak?"
Cewek : "Punya... Mau yang plus atau minus?"

Asep : "Eh?!?,..ngg..yang minus aja mbak. Kalo palu punya nggak?"
Cewek : "Punya juga.. nih.."

Asep : "(Damn..) ?? Kalo kunci inggris, ada nggak?" (dengan penuh pengharapan agar si cewek menjawab "tidak")
Cewek : "Ooo.. itu juga ada... dari ukuran 10 sampai 20. Mas mau yang mana?"

Asep : "(buset...).. DAAMMMN...!! F&^**K.... To the point aja deh, mbak. Mbak punya nomer hape nggak?"
Cewek : "Ooo.. ini.. (sambil menyodorkan kartu nama dan brosur Ace hardware). Kalo mas butuh perkakas, hubungi saya aja. Saya kebetulan di bagian sales Ace Hardware, pusat perkakas yang terlengkap. Ace hardware gitu lho!!!..."

Asep : "....nasiiib...." (sambil pergi dengan tertunduk lesu..). (Sumber : Kafe Ketawa-Ketiwi)

Kartu Nama Membuka Banyak Peluang

Seorang profesional harus memperhatikan tata krama serah-terima kartu nama agar tidak kehilangan mitra potensial.

KARTU nama (business card) adalah sebuah keharusan bagi seorang profesional. Dengan kartu nama, seseorang membuka diri bahwa dirinya siap mengeksplorasi peluang. Karena itu, kartu nama vital untuk memperluas jaringan. ”Kartu nama adalah strategi marketing kita kepada semua orang. Seorang profesional wajib memiliki kartu nama. Kartu nama hendaknya diberikan kepada siapa pun yang berhasil kita jumpai dan memiliki kepentingan dengan kita,” jelas Indayati Oetomo, International Director, John Robert Powers Indonesia.

Namun, setiap budaya memiliki cara berbeda dalam memberikan dan menerima kartu nama. Profesional harus memahami situasi sehingga niat ramah- tamah dengan memberikan kartu nama tidak menjadi blunderyang membuat orang lain tersinggung. Di Jepang, kita menerima kartu nama pada acara atau pertemuan resmi. Dalam konteks budaya Jepang, memberikan coretan atau tulisan pada kartu nama orang adalah hal yang tabu. Di samping itu, jika berhadapan dengan orang Jepang, seorang profesional jangan pernah memasukkan kartu nama ke dalam saku belakang. Hal itu adalah tindakan yang sangat merendahkan bagi bangsa Jepang. ”Tata krama serah-terima kartu nama memang sangat dipengaruhi oleh kultur. Bagi masyarakat Asia, kartu nama lazim diberikan dan diterima dengan dua tangan,” tutur Indayati.

Cara bertukar kartu nama dengan bangsa Asia berbeda dengan bangsa Barat. Dengan bangsa Barat, Indayati memaparkan, kartu nama tidak mutlak diserahterimakan dengan dua tangan. Dengan orang Barat, kartu nama bisa diberikan dengan satu tangan tapi harus diiringi dengan bahasa tubuh yang baik. Bila kita memberikan kartu nama dengan dua tangan, sebaiknya tulisan yang terdapat pada kartu nama menghadap ke penerima.

Sedangkan, bila kita memberikan kartu nama dengan satu tangan, maka posisi kartu nama bisa menyamping ataupun melintang dengan tulisan menghadap ke penerima. Ekspresi kita ketika menerima kartu nama juga perlu diperhatikan. Sebaiknya ketika menerima kartu nama dari orang lain, kita harus menunjukkan ekspresi suka cita dan ekspresi hangat. Setelah itu, penerima sebaiknya menanggapi dengan membaca dan menanyakan jenis bisnis pemberi kartu nama. Dengan demikian, pemberi kartu nama merasa mendapatkan perhatian.

Seperti dalam budaya Jepang, kartu nama yang diterima sebaiknya tidak segera dimasukkan ke dalam saku atau dompet kartu nama. Penerima kartu nama sebaiknya meletakkan kartu nama di atas meja atau dipegang dalam waktu secukupnya sambil beramah- tamah dengan pemberi kartu nama. ”Setelah kita paham nama serta jenis usaha pemberi kartu nama, baru kartu nama kita masukkan ke dalam tempat kartu,” tutur Indayati. Dengan begitu, orang yang memberi kartu nama kepada kita akan merasa sangat dihargai. Keuntungan bagi kita adalah mendapatkan networkingdan relationship baru. Bagi pria, tempat yang baik untuk menyimpan kartu nama adalah saku kemeja atau dompet. Sedangkan bagi wanita, kartu nama sebaiknya disimpan di dalam dompet atau dompet khusus kartu nama.

Namun, kartu nama tidak boleh disimpan selamanya di dalam dompet. Semakin lama, kartu nama semakin bertambah banyak. Karena itu, dompet pun bisa menggelembung dan tidak sedap dipandang. Untuk menyiasatinya, kartu nama bisa dipindahkan ke album khusus kartu nama. Profesional yang aktif, sebaiknya selalu membawa kartu nama. Jika hari padat dengan pertemuan bisnis, profesional aktif bisa membawa hingga 15 lembar kartu nama. Intinya, jangan sampai kehabisan kartu nama. Setiap profesional harus selalu memantau ketersediaan kartu nama. Namun, ada kalanya seseorang tetap kehabisan, atau lupa membawa kartu nama. Ini adalah mimpi buruk. Tentu sangat tidak enak jika orang memberikan kartu nama kepada kita tapi kita tidak bisa membalas dengan memberikan kartu nama kita. ”Jika kehabisan kartu nama, kita harus meminta maaf dan jujur mengatakan bahwa kita kehabisan kartu nama,” ungkap Indayati.

Jangan sekali-kali mengatakan kita lupa membawa kartu nama karena hal itu bisa mencoreng citra kita sebagai profesional. Jika kehabisan kartu nama, kita hendaknya menyampaikan secara lisan data kontak kepada orang lain. Jika kita harus memberikan informasi kontak yang panjang, kita bisa menuliskannya pada kertas yang rapi, bukan kertas yang dirobek sembarangan. Bagaimana desain kartu nama yang baik? Indayati menjelaskan, desain kartu nama sebaiknya tidak terlalu fancy. Jika desain kartu nama terlalu ramai, penerima sukar membaca informasi yang tertera dalam kartu nama tersebut. Indayati memaparkan, kartu nama sebaiknya lebih menonjolkan company brand. Pada kartu nama, informasi yang sebaiknya tertera adalah logo dan nama perusahaan, nama dan jabatan pemilik kartu nama, serta nomor telepon, faksimile, dan e-mail kantor. Ada baiknya nomor ponsel juga disertakan. Sebagian orang, atau perusahaan, memasang foto pemilik pada kartu nama. Indayati menilai, memasang foto pada kartu nama sah saja.

Namun, dengan tempelan foto, informasi yang paling menonjol pada kartu nama adalah orang yang ada di foto tersebut, bukan company brand. Dimensi kartu nama yang ideal, Indayati menambahkan, adalah persegi panjang berukuran standar 9 x 5,5 cm. Kartu nama berukuran lebih kecil mungkin tidak masalah, kecuali mungkin informasi yang tertera pada kartu nama menjadi lebih sedikit atau lebih padat sehingga sukar dibaca. Namun, kartu nama berukuran lebih besar akan sukar dimasukkan ke dalam dompet dan album penyimpan kartu nama. Karena itu, kecuali pemilik adalah seniman eksentrik, kartu nama sebaiknya dibuat mengikuti standar yang berlaku. Indayati menuturkan, kartu nama sebaiknya dibuat dari kertas yang tidak terlalu banyak memiliki coating. Kartu nama juga sebaiknya memiliki warna latar belakang yang lembut. Lain kartu nama, lain pula dompet penyimpan kartu nama. Ketika kartu nama memiliki standar ketat, dompet penyimpan kartu nama bisa berkembang mengikuti mode. Penyimpan kartu nama bisa dibuat dari bahan kulit atau stainless steel. ”Yang perlu diperhatikan adalah ketebalannya,” tandas Indayati. (Sumber : Koran Sindo)

Kartu Nama Stiker

Oleh : Kafi Kurnia, Kolumnis Bisnis

Ketika saya mengadakan pelatihan di Yogyakarta, datanglah seorang pria. Ia menyodorkan kartu nama. Unik sekali, bukan berupa kartu nama biasa, melainkan berupa stiker. Bisnisnya adalah bakery. Membuat kue dan roti. Saya langsung melihat bara di matanya ketika ia mulai menceritakan sejarah hidupnya. Jelas sekali saya melihat semangat perintis dan pelopor yang dimilikinya. Ia seorang entrepreneur sejati.

Kartu namanya yang berupa stiker adalah contoh kecil nalurinya untuk memelopori sesuatu yang baru. Kartu nama berstiker adalah ide kecil yang praktis tapi efektif. Konsumennya banyak orang kecil di desa, yang tidak tahu cara menyimpan kartu nama. Sedangkan kalau kartu namanya berstiker, konsumen bisa menempelkannya di tembok dapur ataupun tembok dekat lemari. Hasilnya memang luar biasa. Semua orang ingat dia.

Konon, usaha awalnya dari orangtua. Suatu hari, semangat dan jiwa perintisnya menggelora. Ia mulai kegiatan pemasaran dengan bergerilya. Berkat status lamanya sebagai aktivis LSM, ia bisa masuk dan ikut berbagai acara. Mula-mula ia memberikan kotak roti gratis kepada para peserta pengajian untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Di dalam kotak roti ia selipkan kartu nama stiker yang terkenal itu.

Lalu ia nekat pergi ke Jakarta untuk mendaftarkan merek rotinya. Termasuk didaftarkan di Badan POM, Departemen Kesehatan. Pulang dari Jakarta, nomor registrasi itu mulai ia promosikan. Konsumen merasa produknya sangat terjamin. Lama-lama kotak rotinya menjadi populer sekali. Konon, di wilayah tempat tinggalnya, setiap kali ada hajatan, entah kawinan, sunatan, atau apa saja, tradisi membekali tamu dengan besek berisi nasi sudah diganti menjadi kotak berisi roti. (Sumber : Majalah Gatra)

Tebar Kartu Nama, Tuai Sukses

Sebagai Leader untuk Giant Team, AG Bakrie sengaja menjadwal waktu pada minggu ke-1 dan ke-3 untuk mengumpulkan team-nya. Membahas mulai dari kendala yang ada sampai kiat agar sukses menjual. Pada tiap kesempatan, lagi-lagi AG selalu menegaskan untuk tidak fokus pada kendala tapi harus fokus pada peluang.

“Kalau dibilang industri automotive menurun. Tak usah berhitung berapa angka penjualannya tahun ini. Tapi berapa jumlah mobil beredar. Itu berarti kita masih punya peluang untuk menggarapnya. Jadi, pasar selalu ada, hanya saja bagaimana kita bisa menggarapnya dengan baik. Kalau kebetulan Anda tidak punya banyak referensi, lakukan cara saya dengan kartu nama. Selain menunjukkan keseriusan dan keprofesionalan, Anda juga menunjukkan bahwa Anda bangga dengan profesi ini. Itu akan di-respect orang,” semangat pria berambut cepak ini bertutur.

Sukses memang tidak dilahirkan, melainkan diciptakan melalui peluang-peluang yang sigap direspon. Positive Thinking, komitmen terhadap profesi pilihan dan tidak menghargai orang lain atau pun customer sebatas jumlah premi yang mereka bayarkan, telah berhasil mengantar AG ke posisi sekarang. Bagaimana dengan Anda? (Sumber : Mitra Garda Oto)

Kartu Nama Pemilik Joger (Pabrik Kata-Kata)

Oleh : Joseph Theodorus Wulianadi - Pemilik Joger (Pabrik Kata-kata)

Saya memulai buka usaha pabrik kata-kata sekitar tahun 1980-an. Sebelumnya saya sempat menjadi pemandu turis karena latar belakang pendidikan saya adalah perhotelan. Dari sinilah ide awal pabrik kata-kata muncul. Untuk menjadi pemandu turis di Bali, harus ahli berbahasa Inggris. Dan orang sekarang malah dianjurkan bisa berbahasa Inggris; akibatnya sebagian masyarakat tidak memperdulikan bahasa sendiri. Saya melihat celah bisnis dalam masalah bahasa ini. Dengan mengolah bahasa Indonesia menjadi industri.

Dalam hal ini memang dibutuhkan keahlian mengolah kata-kata menjadi kalimat yang indah dan lucu, tapi tidak melanggar etika dan tata bahasa Indonesia. Bisa lihat di kartu nama saya. Bila orang mempunyai satu kartu nama, saya mempunyai empat kartu nama. Semuanya bertuliskan kalimat-kalimat yang enak dibaca dan didengar. Misalnya, kartu nama pertama bertuliskan, Mr. Joger, BAA & BSS (Bukan Apa-Apa dan Bukan Siapa-Siapa), hanya sekadar pendiri Joger dan pencetus filosofi Garing. Bersedia melawan arus yang tidak benar, tapi juga bersedia ikut arus atau bahkan menjadi arus yang benar-benar maslahat.

Kartu nama kedua berbunyi, Mr, Joger, BAA & BSS, hanya pendiri Joger dan pencetus filosofi Garing, karena ketika saya pikir diri saya kreatif ternyata saya inovatif. Ketika saya pikir diri saya produktif ternyata produktivitas saya sangat tergantung pada banyak orang dan alat-alat. Ketika saya pikir diri saya kaya, ternyata banyak orang miskin yang belum sanggup saya bantu. Dan ketika saya pikir saya kuat, ternyata mengatur nafsu sendiri saja kewalahan?

Ketiga Mr. Joger, BAA & BSS, hanya sekadar pendiri Joger dan pencetus filosofi Garing yang tidak mau dan juga kebetulan tidak mampu untuk ikut berpolitik atau memperebutkan kedudukan maupun kekuasaan politik. Merah putih adalah bendera kebangg (s) aan saya. Untuk kartu nama selanjutnya bisa baca sendiri. Ini hanya sekadar kartu nama, yang bila mau direnungkan bisa juga bermanfaat untuk kehidupan. (Sumber : Majalah ME)

Wednesday, November 29, 2006

Etika Bertukar Kartu Nama

Dalam hal pemberian kartu nama, antara Eropa dan Asia mempunyai etika yang berbeda. Etika orang Asia memberikan kartu nama dengan kedua tangan, sedangkan orang Eropa dengan satu tangan saja. Kedua-duanya tidak ada yang salah dan benar, karena yang lebih penting adalah ekspresi Anda saat memberi dan menerima kartu nama. (Sumber : Bali Post)

Buat Kartu Nama yg representatif

Ini sangat penting jika Anda memang serius dengan bisnis Anda. Kartu nama Anda adalah bagaikan seorang salesman. Artinya itu bisa dibaca oleh siapa pun apalagi kalau dilihat oleh calon kastemer potensial Anda

Bayangkan terjadi suatu percakapan dgn seseorang di suatu tempat tertenu dan mendengarkan uraian tentang bisnis mereka yg luarbiasa, kemudian Anda melihat kartu nama mereka yang tidak representatif! Tentu kredibilitas mereka kurang bermutu di mata Anda. (Sumber : BJO Consulting)

Pentingnya Kartu Nama

Kartu nama adalah sebuah identitas Anda yang tercetak pada sebuah kertas kecil untuk kemudian ditukarkan ke rekan-rekan Anda agar dapat mengontaknya dengan mudah. Dengan kartu nama ini Anda dapat membuat yang menerima kartu nama tersebut tidak direpotkan untuk mencatat identitas Anda dalam kertas berbeda atau memasukkan ke dalam phonebook telefon seluler mereka.

Setelah berkenalan dengan rekan baru, ada baiknya Anda memberikan kartu nama terlebih dahulu sebelum mereka memberikannya. Tata cara memberikannya pun ada etikanya. Jepitlah kartu nama Anda tersebut antara jari telunjuk di antara jari jempol, di mana keempat jarinya lainnya telah membentuk sebuah genggaman dan kedua jari jempol Anda berdekatan untuk kemudian menyodorkan kepada rekan baru Anda tersebut. Dan untuk membuatnya lebih sopan, Anda dapat memberikan kartu nama Anda tersebut dengan sikap berdiri. Namun bagaimana bila Anda belum mempunyai kartu nama? (Sumber : Aksinotonegoro.Net)

Kartu Nama Orang Jepang

Berkenalan dengan orang Jepang sering dimulai dengan saling bertukar kartu nama, terutama bagi bisnismen. Dalam kartu nama biasanya tercantum nama, posisi dan alamat.

Waktu menerima kartu nama pada pertemuan formil, pelajarilah secara seksama kartu nama yang diterima dan letakkanlah secara hati-hati diatas meja.

Jangan sekali-sekali memberikan coretan pada kartu nama orang lain apa lagi memasukkannya ke kantong celana belakang. Ini adalah tindakan yang sangat merendahkan. (Sumber : Buletin Gakushudo)

Bagikan Kartu Nama Anda

Konsultan perencanaan keuangan Safir Senduk memberikan tips bagaimana cara mengawali membuka usaha, sekaligus bagaimana cara memasarkannya. Safir menyarankan, sebaiknya ibu-ibu membuka usaha sampingan untuk tambahan penghasilan keluarga. Apa pun bentuk usaha sampingan tersebut, menurutnya akan memberi banyak manfaat. "Kalau kita punya usaha sampingan, banyak hal-hal yang kita peroleh. Paling tidak kita bisa menjadi bos diri kita sendiri," katanya memberi semangat.

Mengawali usaha, menurut Safir, sungguh tidak mudah. Banyak hal yang terkadang berlawanan dengan kebiasaan sehari-hari. "Misalnya kalau biasanya tak disiplin soal administrasi, sejak membuka usaha harus disiplin. Namun, setelah berjalan, sesuatu yang semula sulit dilaksanakan, lama kelamaan menjadi biasa," katanya. Dari pertanyaan beberapa peserta terungkap, ternyata kendala utama membuka usaha adalah modal dan cara memasarkan.

Untuk modal, Safir menyarankan, sebaiknya menjual barang-barang di rumah yang kegunaannya tidak begitu penting. "Kalau punya perhiasan sebaiknya dijual saja. Namun, seandainya memang tak punya barang yang bisa dijual, barulah berusaha mencari pinjaman kepada keluarga atau lembaga pembiayaan." Soal pemasaran, yang paling mujarab menurut Safir adalah promosi dari mulut ke mulut. "Ini adalah promosi paling efektif, efisien, dan tanpa biaya. Makanya ibu-ibu yang punya usaha, sebaiknya sering ikut kegiatan di kampung. Misalnya saja arisan atau pengajian. Tapi, jangan memasarkan pas pengajian lho. Nanti saja kalau acaranya sudah selesai," kata Safir yang disambut tawa peserta.

Selain itu, sebaiknya membuat kartu nama sebanyaknya untuk sarana promosi. "Misalnya ibu punya usaha katering, tak ada salahnya lho bila ketemu orang di angkot atau tempat lain, lalu membagi kartu nama tersebut," ujarnya. (Sumber : Tabloid Nova)

Kartu Nama dari Tiongkok Tua

Suatu hari, para Dewa mengadakan perjamuan besar di atas Gunung Hua di Tiongkok. Pesta ini diadakan setiap 100 tahun sekali, para Dewa datang dari berbagai tempat untuk menikmati perjamuan tersebut. Di suatu sisi lain Gunung Hua, Cangjie dan muridnya, Wentong, sedang duduk menikmati dinginnya cuaca di bawah pohon besar.

Wentong: "Guru, saya dengar andalah yang menemukan karakter huruf Tionghoa!"
Cangjie: "Saya tidak berani mengatakannya. Sebenarnya saya membawa karakter tersebut dari langit untuk Tiongkok. Karakater huruf Tionghoa sangat mendalam dan mengandung arti yang luas. Karena mereka sebagai media yang sangat cerdas untuk menyebarkan dan melindungi kebudayaan Tiongkok."

W: "Karakter huruf Tiongkok benar-benar bermakna! Guru, di Gunung Hua ada perjamuan besar hari ini. Tidakkah anda pergi menghadirinya?"
C: "Saya lebih suka tinggal di sini untuk beberapa saat. Engkau pergi saja sendiri. Jika ada sesuatu yang unik terjadi, cepatlah kembali dan ceritakan padaku." Kemudian Wentong pergi ke perjamuan itu sendirian. Di sana banyak sekali Dewa yang menikmati pesta tersebut. Mereka saling menyapa dan berdiskusi satu sama lainnya. Setelah beberapa saat, salah satu Dewa memberikan kartu namanya ke Wentong. Wentong melihatnya dan bertanya ingin tahu.

W: "Dewa, anda mempunyai nama yang sangat spesial."
D: "Ha..ha... Apa maksudmu nama yang spesial?"

W: "Ah tidak. Hanya sangat aneh."
D: "Bagaimana bisa."

W: "Lihat, di sini tertulis, "Orang Aneh dari Utara".
D: "Ah, kamu salah. Itu tertulis, "Orang Bijak dari Utara" (Dalam huruf singkat Mandarin yang diciptakan oleh PKC, "bijak" ditulis sebagai () yang menyerupai huruf () yang berarti aneh."

W: "Namun masih tetap saja terlihat sebagai kata "aneh" walau bagaimanapun saya melihatnya."
D: "Anda mungkin tidak akrab dengan huruf singkat Mandarin yang sedang trend di dunia manusia sekarang."

Wentong menatapnya dengan bingung. Dia membawa kartu nama itu kepada gurunya. Cangjie melihat tulisan di kartu itu. Dia dapat mengenal beberapa huruf Mandarin yang telah berubah itu, namun ada beberapa huruf yang lain telah berubah sepenuhnya, dia tidak habis pikir mengapa bisa begitu. Cangjie sangat kecewa.

W: "Guru, huruf dalam kartu itu terlihat aneh, namun mereka lebih sederhana bentuknya. Pasti lebih mudah untuk menulisnya. Ah, saya menyukainya" Selagi Wentong masih tersenyum gembira, Cangjie memukul kepalanya.
C: "Lupakan tentang kemudahan ataupun lebih cepat. Ada pepatah Tiongkok bilang "terburu-buru akan percuma". Setiap goresan dalam karakter tulisan Tionghoa mempunyai arti khusus. Saat kamu merubah bentuknya, kamu telah merubah maknanya. Dampaknya akan sangat hebat. Kita sudah seharusnya tidak merubah atau merusak karakter huruf Tionghoa jika hanya untuk membuat lebih mudah dalam menulisnya."

W: "Saya mengerti"
C: "Wentong, saya pikir kita harus turun ke dunia manusia dan memeriksa kerusakan huruf Tionghoa di dunia manusia." Lalu mereka segera turun ke Bumi. Mereka sampai di Tiongkok. Mereka mengelilingi seluruh Tiongkok dan berjalan diseluruh jalan-jalan utama dan setapak. Apa yang mereka temui seluruhnya adalah huruf singkat mandarin. Cangjie tidak dapat menahan airmatanya, dia telah bekerja keras untuk mengajarkan nenek moyang orang Tionghoa namun hari ini semuanya menjadi rusak.

Murid: "Guru, beberapa karakter mempunyai banyak sekali coretan. Akan membuang banyak waktu untuk belajar menulisnya."
Guru: "Setiap goresan dalam sebuah huruf Tionghoa mempunyai asal usulnya. Kadangkala, satu huruf bisa menjadi sebuah rintangan untuk kita waktu pertama kali menulisnya, namun begitu bila kalian mengerti makna yang terkandung di dalamnya, kalian tidak akan pernah melupakannya." (Sumber : Huruf Mandarin Asli dan Simplify)

Orang Mengenal Kita Melalui Kartu Nama

Melihat orang lain yang lebih bagus, selama itu kita lakukan dalam rangka memperbaiki, ia akan menginspirasi kita. Semakin banyak orang yang kita temui, semakin banyaklah inspirasi yang bisa kita serap. Beberapa masalah yang terkadang menghambat upaya kita dalam menumbuhkan jaringan atau hubungan itu, antara lain: To Know Each Other Banyak orang yang mengenal kita lewat kartu nama yang pernah kita berikan. Atau, kita banyak mengetahui orang lain melalui kartu nama yang kita terima dalam berbagai kesempatan.

Kartu nama berisikan nama, jabatan, alamat kantor, nomor telepon merupakan salah satu fasilitas yang bisa menghantarkan kita ke jenjang karier yang lebih baik sesuai dengan keinginan dan sumber daya yang kita miliki. Tetapi, cukupkah kartu nama ini dijadikan andalan?

Meskipun ini penting, pada prakteknya belum cukup. Fungsi kartu nama bisa dikatakan hanya sebagai pembuka. Menurut Teori Hubungan (Relationship theory), jaringan kerja akan bekerja kalau kita mengetahui orang yang mengetahui kita. They know about me.

Maksud tahu di sini adalah mengetahui apa potensi yang kita miliki. Dengan kata lain, kalau hanya mengandalkan kartu nama yang disebar kepada orang lain atau mengumpulkan kartu nama orang lain, sebanyak apapun kartu nama itu, sepertinya belum bisa memberikan manfaat bagi tumbuhnya jaringan kerja (new job) sesuai keinginan kita. Karena belum membuat orang lain mengetahui dengan baik tentang apa potensi kita. Relationship Intensity Dalam buku The power of wisdom, Aman Motwane menyarankan agar kita bisa mengubah status hubungan dari ‘connecting to’ menjadi ‘connecting with’.

Connecting with adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan intensitas hubungan yang tidak asal kenal atau asal dikenal melainkan saling mengenal, sama-sama tahu, atau hubungan yang lebih mendalam. Pola hubungan seperti inilah yang mestinya kita kembangkan dalam proses usaha menumbuhkan jaringan kerja. Setiap orang yang kita kenal memang penting artinya bagi kita tetapi ketika ini kita bawa ke pengembangan jaringan kerja yang positif, tentu harus ada seleksi mana yang penting dan mana yang dianggap belum penting untuk kepentingan kita saat ini. (Sumber : Majalah JRP)

Kartu Nama Menjadi Modal Awal

Banyak sudah orang yang tahu kita melalui kartu nama yang pernah kita berikan. Banyak sudah kita mengetahui orang lain melalui kartu nama yang kita terima dalam berbagai perjumpaan atau pertemuan. Kartu nama, nomor telepon atau media lain yang seperti itu seolah-olah sudah menjadi tradisi yang secara rutin kita lakukan.

Tetapi, cukupkah kartu nama ini kita jadikan andalan? Meskipun ini penting tetapi prakteknya seringkali mengatakan belum cukup. Peranan dan fungsi kartu nama bisa dikatakan hanya sebagai syarat pembuka. Menurut Teori Hubungan (Relationship theory), jaringan kerja itu akan bekerja kalau kita mengetahui orang yang mengetahui kita. Know who knows. Maksud mengetahui kita di sini adalah mengetahui apa yang kita bisa, mengetahui apa yang kita ahli di dalamnya, atau gampangnya, mengetahui bidang kita.

Dengan kata lain, kalau kita berhenti hanya pada menyebarkan kartu nama kepada orang lain atau mengumpulkan kartu nama orang lain, maka sebanyak apapun kartu itu kita luncurkan, sepertinya jaringan kerja kita belum bisa memberikan manfaat (bekerja) sesuai dengan yang kita inginkan. Karena itu butuh usaha ekstra untuk membuat orang lain mengetahui dengan baik tentang apa yang kita tahu secara baik.

Dengan bahasa yang berbeda, Aman Motwane, penulis buku “The power of wisdom (2002) menyarankan agar kita bisa mengubah status hubungan dari “connecting to” ke “connecting with”. Connecting with adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan intensitas hubungan yang tidak asal kenal atau asal dikenal melainkan sama-sama mengenal, sama-sama tahu, atau pendeknya sebuah hubungan yang lebih mendalam. Pola hubungan seperti inilah yang mestinya perlu kita ciptakan dalam proses usaha kita dalam mengaktifkan jaringan.

(Sumber : E-Psikologi.Com)